Hubungan percintaan dalam serial ini digambarkan sebagai sesuatu yang ‘uninnocence’ yang artinya bukan sesuatu
yang ‘tanpa dosa’ atau pure. Bukan selayaknya
konsep kenal-pacaran-menikah, tapi lebih kepada sesuatu yang sifatnya tidak pasti.
Sesuatu yang bebas dan tidak terikat. Sesuatu yang ‘just for fun’. Memang ada, dan banyak, pasangan-pasangan yang
menikah. Tapi saya rasa, di serial ini akan banyak lebih diekspos orang-orang
yang mengalami ‘uninnocence’ relationship itu tadi.
Di perkenalan awal serial ini, saya rasa sudah ada satu pesan tersirat yang
disampaikan Carrie Bradshaw, tokoh utama yang memiliki sebuah kolom mingguan di
koran, yang berjudul Sex and the City. Intinya, protect yourself dan jangan terlalu libatkan perasaan dalam sebuah
hubungan. Apa saja bisa terjadi dalam sebuah hubungan tersebut, termasuk
kemungkinan untuk tidak berjalan kemanapun.
Ada satu frasa yang terngiang-ngiang di kepala saya setelah menonton
episode ini, yaitu ‘having sex like a man’
atau bisa diterjemahkan ‘(perempuan yang) berhubungan seks seperti laki-laki’.
Bukan berarti ada seorang perempuan yang lesbian, berganti kelamin atau
kata Charlotte ‘... with a dildo’,
tetapi seorang perempuan yang memiliki kekuasaan, kepuasan dan posisi yang sama
dengan laki-laki ketika, dalam hal ini, having
sex.
Hal ini diutarakan Samantha, ketika merayakan ulang tahun Miranda di sebuah bar.
Perkataan Samantha pada dialog di atas menyiratkan bahwa selama ini pria
menjadikan wanita sebagai objek seksual mereka instead of partner seksual. Maka, bagi Samantha, ‘having sex like a man’ berarti memperlakukan
partner seks kita sebagai objek kepuasan semata. Is that true?
Carrie kemudian bertemu dengan Kurt Harrington, pria yang pernah menjadi
kekasihnya selama 3 kali, dan 3 kali pula kisah cinta mereka berakhir dengan
menyakitkan. Di mata Carrie, Kurt adalah sosok yang egois dan tak berperasaan.
Singkat cerita, in the name of reserach,
Carrie membuat janji untuk menemui Kurt di apartemennya, walaupun sahabat
Carrie, Stanford Blatch sudah melarangnya.
Akhirnya, Carrie dan Kurt bertemu di apartemen Kurt dan, as you’ve guessed, they had sex. Tetapi,
Carrie hanya menjadikan Kurt sebagai ‘pemuas’nya semata. Ketika Kurt menagih
‘giliran’nya, Carrie segera berpakaian dan meninggalkan Kurt dengan dalih “I should get back to work,”
Carrie merasa berhasil menjalankan misinya untuk tahu seperti apa rasanya ‘having sex like a man’. Dan ternyata
rasanya...
Ternyata, bukan hanya kepuasan saja yang didapatkan oleh Carrie, melainkan
juga kekuasaan. Dalam hal ini mungkin kekuasaan untuk memperlakukan Kurt
sebagai objek seksualnya, in general.
Atau mungkin kekuasaan yang didapatkannya setelah ‘membalas dendam pada Kurt
yang berkali-kali menyakitinya, kalau kita melihat ini sebagai masalah pribadi.
Issue yang diangkat, dalam hal ini ‘having sex like a man’ atau presepsi
para wanita mengenai predikat dan stereotype
seorang pria dalam berhubungan seks sesungguhnya merupakan cap buruk bagi para
pria. Tetapi, hal itu nyata-nyatanya memang ada. Entah sesungguhnya memang ada,
atau hanya ada di pikiran para wanita. Yang jelas, menurut common sense yang ada, atau at
least dalam episode ini, pria having
sex hanya demi kepuasan sesaat semata dan tanpa adanya komitmen dengan
partner seksualnya. Jangankan komitmen, perasaan ataupun kesadaran untuk
memperlakukan wanita sebagai subjek instead
of objek saja tidak ada.
Apakah 2 kalimat tersebut terlalu judgemental?
Apakah semua pria sejahat itu?
Malamnya, Carrie, Samantha dan Miranda menghadiri pembukaan sebuah klub
malam bernama Chaos, sementara Charlotte having
a date bersama Capote Duncan. Di klub tersebut, secara tidak sengaja Carrie
bertemu dengan Kurt. Alih-alih complain,
Kurt malah memuji Carrie dengan berkata bahwa ia senang bahwa Carrie sekarang
mengerti apa yang ia inginkan, yaitu having
sex without commitment.
Carrie jelas merasa aneh dengan perkataan Kurt. Carrie berpikir apakah
semua pria di dunia ini seperti Kurt, mendambakan sebuah kehidupan promisuitas
tanpa adanya tanggung jawab, komitmen atau ikatan?
Dugaan Carrie terpatahkan ketika bertemu dengan seorang pria tampan (dan
seksi) bernama Mr. Big (namanya memang disamarkan dan di akhir season 6 baru
akan dimunculkan). Carrie pertamakali bertemu Mr. Big ketika keluar dari
apartemen Kurt dan Big membantunya mengambil barang-barang Carrie yang tidak
sengaja terjatuh. Lalu keduanya bertemu lagi di Chaos dan Big menawari Carrie
tumpangan untuk pulang.
Ketika Carrie menceritakan research
untuk tulisannya yang bercerita tentang ‘having
sex like a man’, Big menyangkalnya. Bagi Big, dia bukanlah tipe seperti itu
karena menurutnya, orang yang mempercayai bahwa having sex tanpa perasaan adalah
sesuatu yang menyenangkan apalagi memberikan kepuasan adalah orang yang tidak
pernah jatuh cinta. Nah!
Saya suka cara serial ini menguak issue
‘having sex like a man’. Dalam cerita
ini, tidak hanya dimunculkan pria brengsek seperti Kurt, tetapi juga a kind of sweet guy seperti Mr. Big. Ingat
saat Big digoda Samantha untuk ‘mencoba’ private
room di Chaos? Caranya menolak sungguh classy
dan mencerminkan bahwa ia adalah sungguh-sungguh pria baik-baik. Selain itu, ‘having sex like a man’ bukan lagi
menjadi milik kaum pria, tetapi kaum wanita juga. Samantha dan Miranda, dua
wanita yang tidak lagi percaya romance dan
berkata “Let’s not even go there”
pada sebuah komitmen. Walapun ada kata ‘man’
dalam frasa ‘having sex like a man’,
bukan berarti wanita tidak terlibat sama sekali. Itu berarti, frasa tersebut
bukan untuk menyerang pria, tetapi untuk menggambarkan sebuah fenomena secara
tepat sesuai dengan stereotypenya.
Ada bagian yang secara personal saya suka, yaitu,
Ketika Big menanyai pekerjaan Carrie sesungguhnya, Carrie menjawab bahwa ia
adalah seorang ‘sexual anthropologist’.
Saya sebagai mahasiswi antroplogi merasa sangat tersanjung, tokoh fiksi yang
paling saya kagumi, seorang Carrie Bradshaw ternyata adalah (atau lebih
tepatnya menganggap dirinya) antropolog. Great!
Berarti saya juga bisa seperti Carrie, hahahaha.
But, saya akui itu benar. Dalam serial ini, di
episode-episode selanjutnya kita akan menemukan Carrie berkutat dengan
eksplorasinya mengenai fenomena-fenomena yang berkaitan dengan cinta, relationship dan perempuan. Seperti
halnya antropolog, Carrie tidak hanya menganggap hal-hal tersebut sebagai
sesuatu yang biasa, tetapi sebagai sesuatu yang bisa dikupas tuntas dalam ‘penelitian’
dan ‘karya ilmiah’nya yang dalam hal ini kolom Sex and the Citynya. Gara-gara
Carrie, saya bangga jadi mahasiswi antropologi, hahaha :D
No comments:
Post a Comment