Tahun 2015 sudah mendekati penghujungnya. Biasalah, kalau udah mau akhir tahun gini bawaannya biasanya pada suka flashback ke kejadian setahun belakangan ini.
Oh, cuma saya aja? Yaudah ngga papa.
Berawal dari cerita-cerita adek angkatan soal pendaftaran KKN tahun ini... Saya menjadi terkenang akan persiapan KKN saya sendiri tahun lalu :)
KKN di Universitas Sanata Dharma dilaksanakan setahun dua kali, biasanya di bulan Juli-Agustus atau Desember-Januari. Kebanyakan mahasiswa lebih memilih periode Desember-Januari karena nggak nabrak jadwal kuliah. Dan saya pun ikut arus memilih periode kedua.
Bulan November, mulai disibukkan dengan urusan pembayaran dan perdaftaran. Proses ini mau saya skip aja. Nggak berkesan soalnya.
Setelah pendaftaran... Terbitlah pengumuman maha penting yang kelak menjadi topik pembicaraan setiap insan yang mau KKN selama 2 minggu setelahnya: Pembagian kelompok dan lokasi.
Puji Tuhan saya dapet kelompok 2, Dusun Tengklik, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul. Rumornya, dan memang faktanya, makin kecil nomor kelompoknya, lokasinya makin 'di bawah' yang artinya saya nggak perlu khawatir masalah lokasi yang naik gunung dll. Oke, lokasi skip. Mari kita bahas pembagian kelompoknya.
Pembagian kelompok ini ditentukan kampus, dengan jumlah anggota 10 sampai 11 orang, mewakili tiap prodi yang ada secara proporsional. Yang bikin heboh, waktu itu saya sama temen-temen deket saya cewek-cewek rumpi dan rempong langsung studi banding. Apa aja yang distudi-in? Ooh banyak. Secara, di pengumuman itu terpampang pas foto masing-masing anak. Jadi ya mulailah kami menelusur dan meneliti ada yang ganteng enggak, ada yang mukanya jutek enggak, ada yang dari mukanya keliatan manja atau enggak, mana yang potensi cinlok dan lain sebagainya. Waktu itu temen saya, Maya, nyeletuk. "Eh ini ada yang ganteng di kelompokmu. Anak Sexen tapi cool gitu, aku pernah ketemu dia bla bla bla..." Tetapi saya ngerasa dia biasa aja. Jadilah sampai hari pembekalan tiba, 2 minggu kemudian, kami selalu berdebat perkara dia ganteng atau nggak.
Oke, nggak penting ya? Hahahaha.
Nah, yang paling pengen saya bahas di sini adalah soal... BELANJA PERSIAPAN KKN.
Pada waktu itu, saya nggak ada rencana mau belanja apa dan lain sebagainya. Pokoknya apa yang saya rasa butuh dan perlu dibeli, ya saya beli aja.
Ternyata setelah saya flashback ke masa genting ketika saya riweuh belanja buat persiapan KKN, saya rasa saya bisa membagi kegiatan belanja saya menjadi 2 kategori, yaitu... Belanja Penting dan Belanja Nggak Penting.
1. Belanja Penting
Belanja Penting yang dimaksud adalah belanja keperluan yang memang diperlukan waktu KKN. Pada waktu itu, kelompok saya kebetulan ditempatkan di sebuah rumah kosong yang penghuninya lagi merantau ke Jakarta dan hampir kesemua perabotannya dibawa pindahan.Otomatis, kami harus bawa perabotan sendiri seperti alat masak, perlengkapan tidur, dan lain-lainnya. Apa aja barang penting yang saya beli? Oh iya, yang saya beli di sini adalah barang yang nggak ada di rumah ya, kalau yang ada di rumah mah saya main angkut aja.
- Kasur, karena di rumah saya emang nggak ada kasur lipat atau kasur apapun yang bisa dibawa kemana-mana.
- Kabel extension. Ini maha penting saudara-saudara. Bayangkan. 1 rumah akan dihuni 10 orang. Dari 10 orang itu pasti ada lah yang HP nya lebih dari 1. Belum tablet, belum laptop, belum magic jar, belum water heater, belum TV lalala. Saya rasa sih, walau ada temen yang bawa, kita masing-masing tetep harus punya sendiri.
- Sandal jepit. Waktu itu sih karena punya saya udah licin bawahnya.
- Sepatu karet. Ini juga penting kalau hujan.
- Logistik. Logistik yang saya beli waktu itu meliputi peralatan mandi pribadi, peralatan mencuci pribadi dan makanan cadangan pribadi. Walau ada dana kelompok, tetaplah membeli semuanya secara pribadi. Biar jelas ini punya siapa, milik siapa, mau dipakai kapan. Lagian kan enak nanti menggunakannya, nggak ada perasaan risih, sungkan atau rikuh. Yang dibeli secara berkelompok sebaiknya makanan semacam beras, telur, dll. Oh iya, untuk peralatan mandi, yang biasa pakai sabun batang, beralihlah ke sabun cair botolan, karena jelas lebih praktis. Pakai shampoo dan detergen atau pewangi pakaian sachet sekali pakai juga lebih praktis.
- Keranjang lipat bentuk jaring. Itu lho, keranjang yang biasanya harganya 12 ribuan yang bisa ditekuk jadi bentuk lingkaran. Anak kosan pasti paham deh. Berguna banget buat tempat barang-barang pribadi kita atau tempat pakaian kotor.
- Jepitan jemuran. Pastikan kita punya hanger atau jepitan jemuran yang khas biar jemuran kita nggak ketuker sama jemuran anak lain.
Kayanya sih cuma itu yang saya beli... Sisanya sih ambil dari rumah aja.
2. Belanja Nggak Penting
Belanja nggak penting ini adalah sesungguhnya segala pengeluaran atau pembelian barang yang nggak ada hubungannya sama KKN, tapi tetep saya beli dengan alasan 'mumpung masih di Jogja' atau 'mumpung belum berangkat KKN'.
Cetek ya? Iya saya emang cetek hehe.
- Parfum. Waktu itu saya bahkan beli 2 parfum, sebelum KKN sama pas KKN. Ya emang sih waktu itu parfum saya lagi abis. Tapi kalo dipikir-pikir, KKN itu ga butuh penampilan yang wangi-wangi amat sih, toh orang di desa sana nggak ada yang wangi juga. Ehm, tapi kalau mau meningkatkan kepercayaan diri
ketika bertemu sama anak KKN dusun tetangga yang ganteng, bolehlah. - Lipstik. Yha. Saya emang suka lipstik dan entah pikiran bodoh itu datang dari mana tapi saya ingat waktu itu saya beli beberapa biji lipstik karena saya butuh lipstik baru yang menyemangati saya KKN. Baiklah.
- Novel diskon. Jadi ceritanya saya waktu itu lagi ke Galeria dan Togamas lagi ada sale akhir tahun. Karena saya mikirnya cetek, dipikirnya sale novel cuma ada di akhir tahun 2014, saya nggak pikir panjang langsung beli beberapa. Dan saya dengan bangganya merasa hebat bisa memanfaatkan diskon akhir tahun sebelum saya berangkat KKN. Padahal, tahun 2015 ini juga banyak diskon novel. Ya, intinya diskon itu bisa datang kapan aja, kalau memang nggak keburu beli, nggak usah maksain sih ya. *ini hikmahnya*
- Sunblock. Saya sih ikutan euforia traveller-traveller bule yang sukanya bawa sunblock kemana-mana. Padahal si bule jalan-jalannya ke Bali dan mau berjemur. Sedangkan saya cuma mau ke Dusun Tengklik dan waktu itu musim hujan.
- Pengeluaran ke mall. Saya nggak tau sih ini bisa dimasukin ke kategori belanja atau enggak. Tapi yang jelas antara akhir November sampai beberapa hari sebelum KKN saya menghabiskan waktu untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke semua mall yang ada di Jogja. Alasannya sih mumpung belom tenggelam atau terisolir di desa KKN. Pada akhirnya saya menyesali keputusan ini karena... di tengah-tengah masa KKN pun ternyata saya masih bisa ngemall hehehe.
Ya, segitu aja sih yang bisa saya share soal belanja KKN saya tahun lalu. Next time, saya pengen cerita lebih banyak lagi soal pengalaman KKN saya. Bukan dari sisi seriusnya soal kerjaannya apa, program kerjanya apa lalala karena itu pasti udah banyak yang bahas. Yang bakal saya bahas adalah kejadian lucu dan konyol selama saya KKN, karena postingan ini dibuat untuk membuang jauh-jauh pikiran menakutkan soal KKN yang kerap bersarang di pikiran anak-anak yang mau KKN.
See you!
deapurie
No comments:
Post a Comment