Kuliah, lalu punya pacar. Pacaran, terus sayang banget. Saking sayangnya sampai nama pacar diabadikan di halaman persembahan skripsi. Kadang nggak cuma nama, tetapi juga diiringi dengan ucapan terima kasih, doa, dan harapan manis semanis sakarin
Giliran skripsinya udah kelar, nggak berapa lama putus.
Siapa yang ngalamin hal macem ini? Siapa? Siapa? *peluk satu-satu
Biasanya, halaman persembahan skripsi berisi ucapan terima kasih bagi orang-orang tersayang yang selama ini selalu setia di dalam bahagia maupun derita. Bisa keluarga atau sahabat dan teman-teman. Juga yang terlibat dalam proses pengerjaan skripsi, seperti dosen pembimbing, dosen reader, dan dosen penguji.
Disadari ataupun tidak, orang-orang yang disebutkan di atas itu nggak akan berubah keberadaannya. Misalnya keluarga, ayah kita selamanya akan jadi ayah kita, pun juga ibu atau kakak-adik kita. Teman-teman, biasanya sampai kapanpun juga akan jadi teman, walau ya bisa aja sih dulunya deket banget terus lama-lama jadi biasa aja. Sahabat? Kalau aku sih menyebut seseorang sebagai sahabat ya karena sudah teruji 'kualitasnya' sebagai yang selalu ada dalam situasi apapun. Jadi, temen ataupun sahabat, ya akan tetap jadi teman dan sahabat. Bisa aja sih, nggak temenan lagi atau nggak sahabatan lagi, but there's no such thing as 'mantan sahabat' or 'mantan temen'.
Nah kalau pacar?
Ya namanya udah menikah aja bisa cerai, apalagi baru (cuma) pacar. Gampang banget buat bubaran alias putus. Persoalannya adalah ketika nama mantan (yang dulunya pacar) udah terlanjur diabadikan di halaman persembahan skripsi. Apalagi kalau pakai kata-kata manis dan segudang harapan indah untuk masa depan.
Mau dihapus, nggak bisa. Kecuali kamu nulis halaman persembahan skripsi pakai pensil. Mau dipertahankan, malu dong. Lagian, apa iya kata-kata manis dan harapan yang indah nian itu bakal tetap terlihat manis dan indah ketika dibaca dalam kondisi pacar sudah menjadi mantan? Pasti eneg-eneg gimana gitu kan? Semacem "Dih apa banget dulu aku nulis ginian...". Belum lagi kalau diceng-cengin sama temen "Ahelah udah terlanjur nulis di skripsi, eh bubar...".
Tapi apapun itu, aku adalah satu dari sekian banyak yang menulis nama mantan di skripsi.
Syukurlah, penulisan nama mantan yang aku lakukan bukanlah sesuatu yang diakhiri dengan penyesalan. Agak berbeda memang dengan yang aku ceritakan di awal. Ketika menulis halaman persembahan, kami memang sudah putus. Baik-baik (baik aku, baik mantan, nangis pas putus). Memang sudah jadi mantan (bukan jadi manten sih). Jadi, penulisan nama mantan kali ini memang tak disertai dengan harapan-harapan indah yang muluk-muluk.
Udah jelas-jelas nggak ada status, ngapain pula ditulis? Buat apa?
Ketika menulis halaman persembahan skripsi, aku juga sempat bingung. Nama mantan ditulis nggak ya? Mau ditulis, ah elah buat apa? Jelas-jelas udah jadi mantan.
Kalau nggak ditulis, jujur sebelah hatiku merasa ada yang kurang.
Kenapa? Belum move on ya?
Bukan sekedar soal belum move on atau masih terperangkap di ruang nostalgia sih.
Kami pacaran beberapa saat, dan memang sebagian waktu dari hubungan yang kami jalani, bersinggungan dengan waktu-waktu pengerjaan skripsiku. Mantan termasuk salah satu yang jadi saksi segala perjuangan (pun juga kemalasanku) menulis skripsi. Bukan cuma saksi, mantan juga adalah supporter tersetia, kala itu, ketika aku jenuh, atau lagi pengen lari dari kenyataan deadline. Baik supporter yang memaksa kembali ke jalan yang benar, juga supporter yang menemani ngobrol berjam-jam soal hal nggak penting dan pura-pura lupa kalau besokannya harus bimbingan. Dan segala macam hal yang mantan lakukan selama saat-saat terindah dalam hidup kami itu.
Mantan bisa dibilang sebagai yang selalu ada, kala itu. Ketika aku selesai menulis skripsi, nama mantan juga jadi salah satu nama yang membayangi. Nggak akan ada cerita tentang skripsi yang seperti ini kalau nggak ada mantan.
Pun juga nggak akan ada Dea yang sekarang kalau nggak ada mantan. Segala yang kami lalui memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga buatku. Hingga kini pun, aku masih mengenang masa-masa hidup pada saat masih bersama dulu sebagai masa hidup yang terasa baik. Di mataku, mantan tetap sebuah karakter baik hati yang pernah dianugerahkan Tuhan. Hubungan kami pun sampai detik ini masih sangat baik sebagai sahabat.
Akhirnya, dengan segala kesadaran, aku menulis nama mantan di halaman persembahan. Namanya menjadi yang paling akhir disebutkan, sebelum Carrie Bradshaw. Jelas tidak dengan harapan-harapan yang jelas tidak mungkin. Disamping namanya, hanya ada sebuah kenangan yang biasa kami lakukan. Bagiku, menuliskan namanya adalah sebuah bentuk ucapan terima kasih yang paling mungkin aku lakukan. Bahkan, yang pada awalnya aku menulisnya hanya karena keberadaannya selama menulis skripsi, lama-kelamaan aku menyadari maknanya lebih dari sekedar itu. Membaca namanya ada di dalam halaman persembahan membuatku merasa bahwa aku telah mengenangnya sebagai sesuatu yang manis, alih-alih kepahitan.
Pun juga bagi yang sudah terlanjur menuliskan nama yang pada masanya pernah jadi nama terindah, jangan disesali. Biar bagaimanapun mereka pernah jadi bagian dari hidup kita, bagian dari yang selalu ada. Ingat, nggak ada kita yang sekarang kalau nggak ada mantan. Percayalah. Segala yang buruk-buruk yang pernah ada, nggak akan pernah terjadi tanpa harapan dan niat baik yang pernah kalian rajut. Jangan disesali.
Walaupun, jika dalam bayangan muncul rasa mengganggu jika membacanya dalam kondisi yang sudah bukan pacar, urungkanlah. Jangan warnai penulisan nama di halaman persembahan skripsi dengan segala euforia kesenangan jatuh cinta sesaat.
Walaupun, jika dalam bayangan muncul rasa mengganggu jika membacanya dalam kondisi yang sudah bukan pacar, urungkanlah. Jangan warnai penulisan nama di halaman persembahan skripsi dengan segala euforia kesenangan jatuh cinta sesaat.
Bagi yang memang belum menuliskan... Tuliskanlah nama yang memang muncul dari hati kalian. Jika namanya memang ada terucap, kenapa tidak? Tuhan bukan tanpa alasan mempertemukan kita dengan siapapun itu, termasuk pula mantan.
Kembali lagi, soal siapa yang akan ditulis, jawabannya ada dalam hati kita masing-masing. Kalau punya mantan yang rese dan gengges ya jangan. Daripada bete sendiri baca halaman persembahan skripsinya ya kan?
Kembali lagi, soal siapa yang akan ditulis, jawabannya ada dalam hati kita masing-masing. Kalau punya mantan yang rese dan gengges ya jangan. Daripada bete sendiri baca halaman persembahan skripsinya ya kan?
@deapurie
No comments:
Post a Comment