Wednesday, June 22, 2016

Menerjemahkan Perselingkuhan

How does it sound?

Entah kenapa, entah bagaimana, akhir-akhir ini aku banyak diperlihatkan kejadian-kejadian berkaitan dengan perselingkuhan. Dari mulai kejadian nyata, cerita fiksi, bahkan mimpi. Aku percaya Tuhan memperlihatkan kita sesuatu dengan maksud tertentu. Jujur, aku banyak belajar dari kisah-kisah 'hubungan gelap' yang aku lihat.

Se-ling-kuh. Sekali kamu melanggar komitmen berkaitan dengan relationship yang kamu buat, dan itu melibatkan pihak ketiga, serta kaitannya dengan pemenuhan 'kebutuhan' (apapun) yang seharusnya sudah terpenuhi dalam satu relationship yang sah tadi, ya, bisa dikategorikan sebagai tindakan perselingkuhan.

Bisa terjadi pada siapapun, dalam hubungan apapun. Inisiatif bisa datang dari pria, dan bisa datang dari wanita. Bisa terjadi pada stase berpacaran, tunangan, menikah lebih-lebih.

Entah kenapa yang aku lihat belakangan ini, nyaris seragam. Status menikah, dengan suami bermain api dengan gadis muda. Bahkan mengaku lajang demi mendapatkan hati yang lain.

http://malesbanget.com/2015/10/8-hal-yang-cuma-dimengerti-sama-orang-yang-lagi-selingkuh/

Teruntuk Suami (orang), Oom, Abang, nahkoda yang berusaha meninggalkan kapal...

Kapalmu mungkin akan tenggelam, tetapi alih-alih menyelamatkanya, apakah kamu harus meninggalkannya? Tidak ada pernikahan yang sempurna, tetapi bukan berarti kamu bisa menjadi suami yang berlari dari kenyataan. Rumah tangga memang tak semanis jaman pacaran dulu, tapi ya, itulah rumah tangga yang kalian berdua bangun. Manis dan tidaknya bukan bergantung dari salah satu pelakon, tapi keduanya. 

Masalah yang ada, itu untuk dihadapi, bukan dihindari. Bersenang-senang di luar rumah, bermanja-manja pada pundak yang lain, tak menjadikan hal yang kamu hadapi di rumah menjadi lebih ringan. Ingatlah, rumah adalah tempatmu pulang. Jika menginginkan kenyamanan, buatlah rumahmu nyaman. Jangan buat tempat yang nyaman, tetapi di luar rumah. Tak selamanya, kamu bisa bersembunyi, di sisi wajah cantik yang lain. Karena wajah yang lain belum tentu kokoh dijadikan benteng persembunyianmu.

Ketika kamu menyenangkan hati yang satu, akan selalu ada hati lain yang terluka. Tetapi, tidak menyenangkan hati yang satu, tidak selalu berarti menyenangkan hati yang lain. Jangan lukai hati manapun, hanya untuk menjaga supaya hatimu (atau egomu?) tidak terluka.

Jika kamu memang masih ingin bersenang-senang, jika kamu bahkan tidak bisa mengekakng hasrat liarmu untuk lari dari kenyataan, lakukanlah dengan yang mencari kesenangan yang sama. Jangan dustai hati yang lain dengan mengaku lajang, atau dengan impian membawa apapun yang kalian jalani dengan embel-embel masa depan. Pernahkah kamu berpikir, hati yang lain itu sungguh-sungguh sedang mencari rumah untuknya pulang kelak? Sedangkan kamu hanya mencari kesenangan sesaat, atas dasar pemenuhan egomu yang tak terkendali. Carilah, hati dan raga yang juga mendamba kesenangan sesaat, agar jika kesenangan sesaat itu menguap, tak ada yang terluka. Agar jika kamu tetap kembali ke rumah, dia yang lain tetap tahu kemana harus pulang.

Teruntuk Gadis Muda yang tidak sengaja terjebak di kapal yang nyaris tenggelam...

Keluarlah. Sebuah kapal yang akan tenggelam, semakin beresiko tenggelam dengan tambahan beban di dalamnya. Dan aku yakin, kamu pun tidak ingin ikut tenggelam, kan?
Bukan sesuatu yang mudah, apalagi menyenangkan untuk dijalani. Kesenangan di awal, hanyalah ilusi. Perhatiannya, cintanya, dekapannya, merupakan sebuah candu-tak-sehat tiada akhir, yang cepat atau lambat akan melukaimu. Jangan pernah berharap, apalagi meminta, terlalu banyak. Mungkin sekarang keberadaanmu dinantikan, tapi esok? lusa?

Ingat, dia memiliki rumah, tempatnya pulang, dan kamu hanyalah persinggahannya sesaat. Ketika rumah dan persinggahannya sama-sama terbakar, manakah yang akan diselamatkannya? Rumahnya, tentu saja. Karena di rumahnya lah, tersimpan seluruh kehidupannya. Di persinggahannya? Yang ada hanyalah jejak-jejak kenangan manis yang dapat dicecapnya di persinggahan yang lain lagi, jika ada, atau entah kapan.

Mengawali semua jejak kenangan manis yang kalian jalani, dia hanya memikirkan egonya, percayalah. Tak sedetik pun dia memikirkan perasaanmu, bahkan memikirkan janji-janji manisnya yang dia ucapkan sendiri pun tak sangggup. Lalu siapakah yang akan memikirkan perasaanmu? Kamu sendiri, tentunya.

Cukup dia yang melukai hatimu, jangan kamu biarkan dirimu ikut melakukannya, dengan cara membiarkan hatimu bermain dalam kubangan nista yang tak terukur kedalamannya.

Cukup dia yang membohongimu dengan segala ilusi-tak-nyatanya, jangan kamu biarkan hatimu membohongi logikamu dengan kenikmatan yang bahkan tak terbaca oleh pikiranmu, hanya terasa oleh hati dan ragamu.

Seketika diri kita terjebak candu yang menggairahkan, sulit memang melepaskan diri kita, dari kenikmatan atas segala nikmat yang pernah ada. Tapi, akan lebih sulit lagi, berdiri sendirian, di tengah dunia yang akan menghujatmu, jika mereka tahu. Ketika dunia harus memilih untuk menyalahkan orang ketiga, dibanding siapapun itu yang ditinggalkan, mereka tidak akan berpikir dua kali untuk menyingkirkan orang ketiga dalam kubangan yang bahkan lebih nista dari perselingkuhan itu sendiri.

Kamu mungkin terluka, tapi percayalah, tidak akan ada orang yang akan menolongmu, jika kamu sendiri tidak membebaskan dirimu dari peluang luka itu. Luka yang ditimbulkan oleh gerbang kesenangan yang menjanjikan, hanya bisa dihindari dengan menutup gerbang itu. Yang bisa menutup gerbang itu hanyalah kamu dan dia. Jika dia tidak mau melakukannya, lalu siapa lagikah yang akan kamu tunggu untuk melakukannya?

Dan ingatlah, bukan hanya kamu yang akan terluka. Ingatlah, akan ada hati yang lain, di dalam rumahnya, yang bahkan mungkin lebih terluka darimu...

No comments:

Post a Comment