Monday, June 27, 2016

Curhatan Soal Tahun 2016 dan Harapan di Usia 23

Dulu, kalau nggak salah sekitar tahun 2012-an, pernah ada seorang teman, yang jago membaca kartu tarot, berkata:

"Tahun 2016 besok kayanya bakal berat buat kamu..."

Dia nggak merinci beratnya itu gimana, atau akan ada apa. Tetapi sejak saat itu aku selalu mengingatnya dan... Nyaris setengah tahun aku menjalani tahun ini, memang, aku merasakan tahun ini 'lain daripada yang sudah-sudah'.

Bukan, bukan karena pengaruh dari sugesti negatif prediksi tarot tersebut. Secara logika, di tahun ini, memang sudah seharusnya terasa 'lain'. Banyak 'tantangan-tantangan' yang memang sudah direncanakan dari tahun sebelumnya.

Mulai dari kembalinya aku ke rutinitas kuliah dobel (sebelumnya aku cuti alias 'lari dari kenyataan' selama 1 tahun). Kalau dulu masih bisa merasa selow dan denial, hingga 'sedikit' mengabaikan deretan nilai-nilai minus di KHS, dengan alasan "Gapapa keleus, kan kuliahnya dua...", kali ini, aku ditantang oleh diriku sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Kembali ke rutinitas kuliah dobel yang melelahkan, dengan perubahan lingkungan kampus selama 1 tahun yang begitu signifikan, otomatis adaptasi yang lebih juga diperlukan. Kekuatan mental baja untuk kembali ke lingkungan lama dengan orang-orang baru, dengan tantangan yang juga baru, tidak mudah, memang...

Skripsi. Yang satu, kembali dari cuti. Yang satu lagi, skripsi. Nggak usah dijelasin deh ya, hahay. Yang pasti, skripsi itu sebenernya ujian melawan diri sendiri, percayalah. Doakan skripsiku cepat kelar aja deh. *nggak mau ngomong banyak-banyak deh*

Drama belajar menyetir. Sebenarnya, sudah direncanakan dari dulu sih, belajar menyetirnya. Cuma ya, nggak disangka-sangka aja, ternyata drama. Belajar nyetir drama ini disponsori oleh guru les slash supir kantor ibuku yang bikin mental down setengah mampus. Walau begitu, akhirnya teteup sih, bisa nyetir sekarang. Puji Tuhan sekarang sudah punya SIM A :)

Ada hal terencana, ada juga hal-hal tidak terencana...

Jualan make up online! Hahaha. Jadi ceritanya, suatu ketika di awal tahun, ketika lagi beberes rak make up, ditemukanlah beberapa make up (lipstik, bedak, dll) yang terbeli secara impulsif dan bermodalkan lapar mata. Kemudian, melirik market barang preloved yang lumayan menjanjikan, aku memutuskan untuk menjual barang-barang tersebut, daripada mubazir. Ternyata penjualannya bagus, dan aku mendapatkan sejumlah uang, yang kalau dipakai belanja-laper-mata lagi, sama aja dusta. Akhirnya uang tersebut aku jadikan modal untuk @kanayabeautystore (silahkan difollow *teteup aja promosi*). Awalnya iseng, tapi puji Tuhan masih berjalan sampai sekarang. Jujur, ada 2 pembelajaran penting yang aku dapat dari jualan online. Pertama, semenjak jualan make up, hasrat pemborosan beli make up menurun drastis, lho. Entah karena udah enek, atau gimana, tapi yang pasti, semakin aku ngeh tentang produk make up, semakin aku menyadari bahwa sesungguhnya lebih baik belanjakanlah betul-betul apa yang kita butuhkan, bukan harus punya semua shade atau semua brand. Jadi bisa dibilang, jadi sist-sist olshop ini juga menjadikan diriku sendiri lebih terkontrol. Kedua, aku belajar buanyak banget tentang manajemen uang dan waktu. Walau masih keteteran, tapi bener deh, it's still on the way there. Kadang ada lho, bisnis yang konsep awalnya bagus, tapi ambyar cuma karena masalah manajerial. Sayang kan? Jadi, sekecil apapun bisnis yang kalian mulai, pastikan kalian mengatur waktu kalian dengan baik, dan perhatikan detail keuangannya dengan seksama.

Bertemu orang yang salah. Percayalah, ini adalah hal yang sebenarnya aku nggak mau tulis, tapi semoga bisa jadi pembelajaran bagi siapapun. Apapun yang kamu inginkan, bawalah dalam doa, termasuk jodoh. Bertahun-tahun menjalin hubungan dengan yang tidak seiman, membuatku meminta "Tuhan, yang penting seiman deh...". Akhirnya, dipertemukanlah aku dengan pria seiman. Mapan. Simpatik. Tapi, aku lupa minta sama Tuhan, untuk dipertemukan dengan yang masih single, dan jujur. Jadilah, ternyata dia pria beristri, yang baru diakuinya setelah berbulan-bulan. Bohong kalau aku bilang aku nggak drama, nggak nangis, nggak kepikiran. Dan segala pergulatan batin ini lumayan menyita energi dan waktu di tengah kesibukan yang lagi padat-padatnya. Bahkan aku pernah seharian nangis aja, nggak mandi, nggak nyisir rambut bahkan. Ngek. Jadi, jangan cuma berdoa, tapi berdoalah yang lengkap. Tuhan ga akan kekurangan waktu untuk mendengar kok. Oh iya, at least, aku belajar banyak persoalan pasca pernikahan kok, dari dia, jadi ya nggak sia-sia amat Tuhan mempertemukan kami. *cie, maksa*


Tahun ini mungkin berat, but I've learned a lot.


Tentang Ulang Tahun dan Refleksi Tengah Tahun

Tuhan menganugerahkan kepadaku, sebuah tanggal indah ketika aku lahir. Aku percaya semua tanggal itu indah, tetapi tanggal 2 Juli itu sebenarnya punya posisi yang strategis... yang baru aku sadari setelah (nyaris) 23 tahun.
Ulang tahunku, jatuh tepat di tengah-tengah tahun. Artinya, sebenarnya sangat cocok untuk dipakai merenung, sudah sejauh apa kita melangkah di tahun ini, lalu apa sajakah rencana-rencana kita di pertengahan tahun berikutnya, kemudian gimana progress resolusi tahun ini...

Cuma ya, karena aku tiap awal tahun ga pernah bikin resolusi (boro-boro, lihat kembang api aja males) plus aku orangnya cuekan kalau ulang tahun (elah apaan cuma nambah umur doang, gitu), jadinya ya aku tiap ulang tahun ya gitu-gitu aja. Ga berubah. Ga cuma momen ulang tahun, orangnya juga.

Tetep berantakan. Tetep time managementnya jelek. Tetep sukanya nunda-nunda sesuatu. Tetep aja kalau lagi melow, dunianya kayak berhenti...
Yak, cukup. Cukup sudah ketampar.

Akhirnya, demi hidup yang lebih baik (elah), tahun ini, di umur (menjelang) 23 tahun... Aku memutuskan untuk menuliskan beberapa poin yang, semoga, ketika dicapai dan atau dilakukan dengan baik di umur 23, bisa membuat hidupku lebih baik secara umum.

1. Punya gelar sarjana. Plis deh, jangan ada lagi mengulur waktu dengan alasan "kan kuliahnya dua". Yang satu harus udah kelar pokoknya. Yang satu tahun depannya (amin).

2. Rajin olahraga. Hahaha (ketawa dulu deh). Untuk yang ini, bisa rutin ikut senam atau ikutin tutorial zumba di Youtube, atau mau menyentuh barbel sambil nonton film, udah oke banget.

3. Kalau mau pergi, sisihkan waktu 2 jam sebelumnya buat siap-siap. Jadi tuh, aku sering banget, misal, mau pergi ada janjian jam 10.00. Pas jam 08.00, membatin, elah masih jam segini. Lalu jam 09.00 masih sempet mainan HP. Baru deh mendekati jam 10.00 riweuh dandan sama milih baju. Plus masukin barang-barang ke tas. Alhasil, entah dandanan sama baju ambyak-ambyakan tapi ga telat atau baju sama dandanan matching tapi telat. Plis, di umur segini pengen banget bisa ngerasain penampilan paripurna, tapi tetep on time :(

4. Bisa pakai eyeliner sendiri. Yeah, ngakunya suka make up tapi umur segini pakai eyeliner aja masih beleber. Yeah. Ke laut aje sono.

5. Rajin nulis di blog. Amit deh, ngakunya 'daily stories' tapi bisa nulis sebulan sekali aja udah syukur. Padahal, nulis di blog itu bagus lho, untuk mencurahkan isi hati, pikiran, dan bikin mood jadi lebih baik.

6. Menulis sesuatu yang ilmiah. Err, gimana ya maksudnya, hahaha. Jujur, aku menyayangkan diriku, yang kuliah di jurusan Antropologi Budaya, yang seharusnya bisa membawa topik tentang manusia dan kehidupan sehari-harinya ke level yang lebih ilmiah dan mudah dipahami banyak orang, tetapi ga pernah bikin satupun tulisan kekinian-tapi-mikir soal itu. Padahal, pengen lho. Misal, menulis tentang kaitan antara konstruksi peran gender dengan fenomena hot daddy, atau preferensi pembelian kosmetik dan kaitannya dengan rekonstruksi konsep kecantikan. Hehehe, doakan, yah...

7. Pede pakai baju sleeveless (tanpa lengan). Hahaha. Sepele, tapi ini tuh problematik banget. Aku dari dulu selalu merasa ga pede tiap mau pakai baju tanpa lengan, tapi pengen. Setelah kurenung-renungkan, ternyata persoalan ada di ketidakpedeanku soal lengan yang gombyor alias ga kenceng. Oke, jadinya harus kencengin lengan nih yey.

8. Membereskan tempat tidur setiap pagi, lemari baju tiap seminggu sekali. Karena hidup yang teratur itu berasal dari tempat yang teratur juga.

9. Belajar masak yang agak rumit. Bisa sih, kalau cuma masak indomie, goreng nasi, ceplok telur. Tapi, masa iya umur 23, udah diarep-arep jadi manten kok masaknya masih kalah sama mas-mas kosan sebelah? Belajar masak gulai kepala kakap enak kali ya? *kemudian bayangin *lalu pening

10. Be positive! Yang negatif cukup tespek aja, pikiran kamu jangan.

Random yah? Hahaha.
Emang. *padahal mah udah ngantuk*
Doakan aja yah...

See you!
@deapurie






Wednesday, June 22, 2016

Menerjemahkan Perselingkuhan

How does it sound?

Entah kenapa, entah bagaimana, akhir-akhir ini aku banyak diperlihatkan kejadian-kejadian berkaitan dengan perselingkuhan. Dari mulai kejadian nyata, cerita fiksi, bahkan mimpi. Aku percaya Tuhan memperlihatkan kita sesuatu dengan maksud tertentu. Jujur, aku banyak belajar dari kisah-kisah 'hubungan gelap' yang aku lihat.

Se-ling-kuh. Sekali kamu melanggar komitmen berkaitan dengan relationship yang kamu buat, dan itu melibatkan pihak ketiga, serta kaitannya dengan pemenuhan 'kebutuhan' (apapun) yang seharusnya sudah terpenuhi dalam satu relationship yang sah tadi, ya, bisa dikategorikan sebagai tindakan perselingkuhan.

Bisa terjadi pada siapapun, dalam hubungan apapun. Inisiatif bisa datang dari pria, dan bisa datang dari wanita. Bisa terjadi pada stase berpacaran, tunangan, menikah lebih-lebih.

Entah kenapa yang aku lihat belakangan ini, nyaris seragam. Status menikah, dengan suami bermain api dengan gadis muda. Bahkan mengaku lajang demi mendapatkan hati yang lain.

http://malesbanget.com/2015/10/8-hal-yang-cuma-dimengerti-sama-orang-yang-lagi-selingkuh/

Teruntuk Suami (orang), Oom, Abang, nahkoda yang berusaha meninggalkan kapal...

Kapalmu mungkin akan tenggelam, tetapi alih-alih menyelamatkanya, apakah kamu harus meninggalkannya? Tidak ada pernikahan yang sempurna, tetapi bukan berarti kamu bisa menjadi suami yang berlari dari kenyataan. Rumah tangga memang tak semanis jaman pacaran dulu, tapi ya, itulah rumah tangga yang kalian berdua bangun. Manis dan tidaknya bukan bergantung dari salah satu pelakon, tapi keduanya. 

Masalah yang ada, itu untuk dihadapi, bukan dihindari. Bersenang-senang di luar rumah, bermanja-manja pada pundak yang lain, tak menjadikan hal yang kamu hadapi di rumah menjadi lebih ringan. Ingatlah, rumah adalah tempatmu pulang. Jika menginginkan kenyamanan, buatlah rumahmu nyaman. Jangan buat tempat yang nyaman, tetapi di luar rumah. Tak selamanya, kamu bisa bersembunyi, di sisi wajah cantik yang lain. Karena wajah yang lain belum tentu kokoh dijadikan benteng persembunyianmu.

Ketika kamu menyenangkan hati yang satu, akan selalu ada hati lain yang terluka. Tetapi, tidak menyenangkan hati yang satu, tidak selalu berarti menyenangkan hati yang lain. Jangan lukai hati manapun, hanya untuk menjaga supaya hatimu (atau egomu?) tidak terluka.

Jika kamu memang masih ingin bersenang-senang, jika kamu bahkan tidak bisa mengekakng hasrat liarmu untuk lari dari kenyataan, lakukanlah dengan yang mencari kesenangan yang sama. Jangan dustai hati yang lain dengan mengaku lajang, atau dengan impian membawa apapun yang kalian jalani dengan embel-embel masa depan. Pernahkah kamu berpikir, hati yang lain itu sungguh-sungguh sedang mencari rumah untuknya pulang kelak? Sedangkan kamu hanya mencari kesenangan sesaat, atas dasar pemenuhan egomu yang tak terkendali. Carilah, hati dan raga yang juga mendamba kesenangan sesaat, agar jika kesenangan sesaat itu menguap, tak ada yang terluka. Agar jika kamu tetap kembali ke rumah, dia yang lain tetap tahu kemana harus pulang.

Teruntuk Gadis Muda yang tidak sengaja terjebak di kapal yang nyaris tenggelam...

Keluarlah. Sebuah kapal yang akan tenggelam, semakin beresiko tenggelam dengan tambahan beban di dalamnya. Dan aku yakin, kamu pun tidak ingin ikut tenggelam, kan?
Bukan sesuatu yang mudah, apalagi menyenangkan untuk dijalani. Kesenangan di awal, hanyalah ilusi. Perhatiannya, cintanya, dekapannya, merupakan sebuah candu-tak-sehat tiada akhir, yang cepat atau lambat akan melukaimu. Jangan pernah berharap, apalagi meminta, terlalu banyak. Mungkin sekarang keberadaanmu dinantikan, tapi esok? lusa?

Ingat, dia memiliki rumah, tempatnya pulang, dan kamu hanyalah persinggahannya sesaat. Ketika rumah dan persinggahannya sama-sama terbakar, manakah yang akan diselamatkannya? Rumahnya, tentu saja. Karena di rumahnya lah, tersimpan seluruh kehidupannya. Di persinggahannya? Yang ada hanyalah jejak-jejak kenangan manis yang dapat dicecapnya di persinggahan yang lain lagi, jika ada, atau entah kapan.

Mengawali semua jejak kenangan manis yang kalian jalani, dia hanya memikirkan egonya, percayalah. Tak sedetik pun dia memikirkan perasaanmu, bahkan memikirkan janji-janji manisnya yang dia ucapkan sendiri pun tak sangggup. Lalu siapakah yang akan memikirkan perasaanmu? Kamu sendiri, tentunya.

Cukup dia yang melukai hatimu, jangan kamu biarkan dirimu ikut melakukannya, dengan cara membiarkan hatimu bermain dalam kubangan nista yang tak terukur kedalamannya.

Cukup dia yang membohongimu dengan segala ilusi-tak-nyatanya, jangan kamu biarkan hatimu membohongi logikamu dengan kenikmatan yang bahkan tak terbaca oleh pikiranmu, hanya terasa oleh hati dan ragamu.

Seketika diri kita terjebak candu yang menggairahkan, sulit memang melepaskan diri kita, dari kenikmatan atas segala nikmat yang pernah ada. Tapi, akan lebih sulit lagi, berdiri sendirian, di tengah dunia yang akan menghujatmu, jika mereka tahu. Ketika dunia harus memilih untuk menyalahkan orang ketiga, dibanding siapapun itu yang ditinggalkan, mereka tidak akan berpikir dua kali untuk menyingkirkan orang ketiga dalam kubangan yang bahkan lebih nista dari perselingkuhan itu sendiri.

Kamu mungkin terluka, tapi percayalah, tidak akan ada orang yang akan menolongmu, jika kamu sendiri tidak membebaskan dirimu dari peluang luka itu. Luka yang ditimbulkan oleh gerbang kesenangan yang menjanjikan, hanya bisa dihindari dengan menutup gerbang itu. Yang bisa menutup gerbang itu hanyalah kamu dan dia. Jika dia tidak mau melakukannya, lalu siapa lagikah yang akan kamu tunggu untuk melakukannya?

Dan ingatlah, bukan hanya kamu yang akan terluka. Ingatlah, akan ada hati yang lain, di dalam rumahnya, yang bahkan mungkin lebih terluka darimu...