Dulu, kalau nggak salah sekitar tahun 2012-an, pernah ada seorang teman, yang jago membaca kartu tarot, berkata:
"Tahun 2016 besok kayanya bakal berat buat kamu..."
Dia nggak merinci beratnya itu gimana, atau akan ada apa. Tetapi sejak saat itu aku selalu mengingatnya dan... Nyaris setengah tahun aku menjalani tahun ini, memang, aku merasakan tahun ini 'lain daripada yang sudah-sudah'.
Bukan, bukan karena pengaruh dari sugesti negatif prediksi tarot tersebut. Secara logika, di tahun ini, memang sudah seharusnya terasa 'lain'. Banyak 'tantangan-tantangan' yang memang sudah direncanakan dari tahun sebelumnya.
Mulai dari kembalinya aku ke rutinitas kuliah dobel (sebelumnya aku cuti alias 'lari dari kenyataan' selama 1 tahun). Kalau dulu masih bisa merasa selow dan denial, hingga 'sedikit' mengabaikan deretan nilai-nilai minus di KHS, dengan alasan "Gapapa keleus, kan kuliahnya dua...", kali ini, aku ditantang oleh diriku sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Kembali ke rutinitas kuliah dobel yang melelahkan, dengan perubahan lingkungan kampus selama 1 tahun yang begitu signifikan, otomatis adaptasi yang lebih juga diperlukan. Kekuatan mental baja untuk kembali ke lingkungan lama dengan orang-orang baru, dengan tantangan yang juga baru, tidak mudah, memang...
Skripsi. Yang satu, kembali dari cuti. Yang satu lagi, skripsi. Nggak usah dijelasin deh ya, hahay. Yang pasti, skripsi itu sebenernya ujian melawan diri sendiri, percayalah. Doakan skripsiku cepat kelar aja deh. *nggak mau ngomong banyak-banyak deh*
Drama belajar menyetir. Sebenarnya, sudah direncanakan dari dulu sih, belajar menyetirnya. Cuma ya, nggak disangka-sangka aja, ternyata drama. Belajar nyetir drama ini disponsori oleh guru les slash supir kantor ibuku yang bikin mental down setengah mampus. Walau begitu, akhirnya teteup sih, bisa nyetir sekarang. Puji Tuhan sekarang sudah punya SIM A :)
Ada hal terencana, ada juga hal-hal tidak terencana...
Jualan make up online! Hahaha. Jadi ceritanya, suatu ketika di awal tahun, ketika lagi beberes rak make up, ditemukanlah beberapa make up (lipstik, bedak, dll) yang terbeli secara impulsif dan bermodalkan lapar mata. Kemudian, melirik market barang preloved yang lumayan menjanjikan, aku memutuskan untuk menjual barang-barang tersebut, daripada mubazir. Ternyata penjualannya bagus, dan aku mendapatkan sejumlah uang, yang kalau dipakai belanja-laper-mata lagi, sama aja dusta. Akhirnya uang tersebut aku jadikan modal untuk @kanayabeautystore (silahkan difollow *teteup aja promosi*). Awalnya iseng, tapi puji Tuhan masih berjalan sampai sekarang. Jujur, ada 2 pembelajaran penting yang aku dapat dari jualan online. Pertama, semenjak jualan make up, hasrat pemborosan beli make up menurun drastis, lho. Entah karena udah enek, atau gimana, tapi yang pasti, semakin aku ngeh tentang produk make up, semakin aku menyadari bahwa sesungguhnya lebih baik belanjakanlah betul-betul apa yang kita butuhkan, bukan harus punya semua shade atau semua brand. Jadi bisa dibilang, jadi sist-sist olshop ini juga menjadikan diriku sendiri lebih terkontrol. Kedua, aku belajar buanyak banget tentang manajemen uang dan waktu. Walau masih keteteran, tapi bener deh, it's still on the way there. Kadang ada lho, bisnis yang konsep awalnya bagus, tapi ambyar cuma karena masalah manajerial. Sayang kan? Jadi, sekecil apapun bisnis yang kalian mulai, pastikan kalian mengatur waktu kalian dengan baik, dan perhatikan detail keuangannya dengan seksama.
Bertemu orang yang salah. Percayalah, ini adalah hal yang sebenarnya aku nggak mau tulis, tapi semoga bisa jadi pembelajaran bagi siapapun. Apapun yang kamu inginkan, bawalah dalam doa, termasuk jodoh. Bertahun-tahun menjalin hubungan dengan yang tidak seiman, membuatku meminta "Tuhan, yang penting seiman deh...". Akhirnya, dipertemukanlah aku dengan pria seiman. Mapan. Simpatik. Tapi, aku lupa minta sama Tuhan, untuk dipertemukan dengan yang masih single, dan jujur. Jadilah, ternyata dia pria beristri, yang baru diakuinya setelah berbulan-bulan. Bohong kalau aku bilang aku nggak drama, nggak nangis, nggak kepikiran. Dan segala pergulatan batin ini lumayan menyita energi dan waktu di tengah kesibukan yang lagi padat-padatnya. Bahkan aku pernah seharian nangis aja, nggak mandi, nggak nyisir rambut bahkan. Ngek. Jadi, jangan cuma berdoa, tapi berdoalah yang lengkap. Tuhan ga akan kekurangan waktu untuk mendengar kok. Oh iya, at least, aku belajar banyak persoalan pasca pernikahan kok, dari dia, jadi ya nggak sia-sia amat Tuhan mempertemukan kami. *cie, maksa*
Tahun ini mungkin berat, but I've learned a lot.
Tentang Ulang Tahun dan Refleksi Tengah Tahun
Tuhan menganugerahkan kepadaku, sebuah tanggal indah ketika aku lahir. Aku percaya semua tanggal itu indah, tetapi tanggal 2 Juli itu sebenarnya punya posisi yang strategis... yang baru aku sadari setelah (nyaris) 23 tahun.
Ulang tahunku, jatuh tepat di tengah-tengah tahun. Artinya, sebenarnya sangat cocok untuk dipakai merenung, sudah sejauh apa kita melangkah di tahun ini, lalu apa sajakah rencana-rencana kita di pertengahan tahun berikutnya, kemudian gimana progress resolusi tahun ini...
Cuma ya, karena aku tiap awal tahun ga pernah bikin resolusi (boro-boro, lihat kembang api aja males) plus aku orangnya cuekan kalau ulang tahun (elah apaan cuma nambah umur doang, gitu), jadinya ya aku tiap ulang tahun ya gitu-gitu aja. Ga berubah. Ga cuma momen ulang tahun, orangnya juga.
Tetep berantakan. Tetep time managementnya jelek. Tetep sukanya nunda-nunda sesuatu. Tetep aja kalau lagi melow, dunianya kayak berhenti...
Yak, cukup. Cukup sudah ketampar.
Akhirnya, demi hidup yang lebih baik (elah), tahun ini, di umur (menjelang) 23 tahun... Aku memutuskan untuk menuliskan beberapa poin yang, semoga, ketika dicapai dan atau dilakukan dengan baik di umur 23, bisa membuat hidupku lebih baik secara umum.
1. Punya gelar sarjana. Plis deh, jangan ada lagi mengulur waktu dengan alasan "kan kuliahnya dua". Yang satu harus udah kelar pokoknya. Yang satu tahun depannya (amin).
2. Rajin olahraga. Hahaha (ketawa dulu deh). Untuk yang ini, bisa rutin ikut senam atau ikutin tutorial zumba di Youtube, atau mau menyentuh barbel sambil nonton film, udah oke banget.
3. Kalau mau pergi, sisihkan waktu 2 jam sebelumnya buat siap-siap. Jadi tuh, aku sering banget, misal, mau pergi ada janjian jam 10.00. Pas jam 08.00, membatin, elah masih jam segini. Lalu jam 09.00 masih sempet mainan HP. Baru deh mendekati jam 10.00 riweuh dandan sama milih baju. Plus masukin barang-barang ke tas. Alhasil, entah dandanan sama baju ambyak-ambyakan tapi ga telat atau baju sama dandanan matching tapi telat. Plis, di umur segini pengen banget bisa ngerasain penampilan paripurna, tapi tetep on time :(
4. Bisa pakai eyeliner sendiri. Yeah, ngakunya suka make up tapi umur segini pakai eyeliner aja masih beleber. Yeah. Ke laut aje sono.
5. Rajin nulis di blog. Amit deh, ngakunya 'daily stories' tapi bisa nulis sebulan sekali aja udah syukur. Padahal, nulis di blog itu bagus lho, untuk mencurahkan isi hati, pikiran, dan bikin mood jadi lebih baik.
6. Menulis sesuatu yang ilmiah. Err, gimana ya maksudnya, hahaha. Jujur, aku menyayangkan diriku, yang kuliah di jurusan Antropologi Budaya, yang seharusnya bisa membawa topik tentang manusia dan kehidupan sehari-harinya ke level yang lebih ilmiah dan mudah dipahami banyak orang, tetapi ga pernah bikin satupun tulisan kekinian-tapi-mikir soal itu. Padahal, pengen lho. Misal, menulis tentang kaitan antara konstruksi peran gender dengan fenomena hot daddy, atau preferensi pembelian kosmetik dan kaitannya dengan rekonstruksi konsep kecantikan. Hehehe, doakan, yah...
7. Pede pakai baju sleeveless (tanpa lengan). Hahaha. Sepele, tapi ini tuh problematik banget. Aku dari dulu selalu merasa ga pede tiap mau pakai baju tanpa lengan, tapi pengen. Setelah kurenung-renungkan, ternyata persoalan ada di ketidakpedeanku soal lengan yang gombyor alias ga kenceng. Oke, jadinya harus kencengin lengan nih yey.
8. Membereskan tempat tidur setiap pagi, lemari baju tiap seminggu sekali. Karena hidup yang teratur itu berasal dari tempat yang teratur juga.
9. Belajar masak yang agak rumit. Bisa sih, kalau cuma masak indomie, goreng nasi, ceplok telur. Tapi, masa iya umur 23, udah diarep-arep jadi manten kok masaknya masih kalah sama mas-mas kosan sebelah? Belajar masak gulai kepala kakap enak kali ya? *kemudian bayangin *lalu pening
10. Be positive! Yang negatif cukup tespek aja, pikiran kamu jangan.
Random yah? Hahaha.
Emang. *padahal mah udah ngantuk*
Doakan aja yah...
See you!
@deapurie