Setelah menghabiskan 7 jam di tempat kursus setir mobil tanpa membawa hasil apa-apa, akhirnya aku pun kehilangan semangat untuk belajar menyetir mobil. 6 bulan lamanya aku nggak lagi pegang setir.
Ibu pun akhirnya berinisiatif untuk mencarikan instruktur privat yang mau datang ke rumah. Ibu berpikiran, jangan-jangan tempat kursus itu sengaja berlama-lama mengajarkan muridnya untuk bisa nyetir supaya pemasukan yang didapat bertambah. Jadilah ibu keukeuh buat cari instruktur privat.
Instruktur privat ini namanya Pak Topo, supir di kantor ibu. Perjuangan ibu membujuk Pak Topo untuk mau datang ke rumah ini sangat lama, karena katanya antreannya panjaaangg sekali. Konon katanya, Pak Topo ini seringkali berhasil ngajarin nyetir hanya dalam 4 kali pertemuan.
Hati ini langsung tergiur dan semangat.
Akhir Desember 2015, akhirnya Pak Topo datang ke rumah. Percobaan pertama, beliau ngajarin adekku, yang aslinya sudah bisa nyetir dikit-dikit. Lalu? dalam kurun waktu 3 hari adekku pun lancar jaya nyetirnya. Hmm, ga heran sih, soalnya dia cowok dan skill dasarnya sudah menguasai.
Tibalah saatnya Pak Topo ngajarin aku. Dari pertama aku udah wanti-wanti. Walaupun aku pernah kursus, kemampuanku nol besar. 6 bulan ga megang setir sama sekali, plus udah lupa juga apa yang diajarin waktu kurus dulu.
Tapi kelihatannya Pak Topo tetap berharap banyak padaku...
Pagi itu, tanggal 30 Desember 2015, aku latihan di daerah Kotabaru. Akhirnya Pak Topo menepikan mobilku di satu tempat sempit, meminta untuk bertukar tempat. Latihan dimulai.
"Coba sekarang putar balik."
Ngeeeenngg. Ga salah nih? Aku kan udah request dari nol. Caranya belok aja aku udah lupa, gimana aku mau putar balik...
Terpaksa akhirnya aku coba putar balik. Dan, mobil malah menerjang maju ke sisi samping. Pak Topo pun teriak dengan nada tinggi, lebih seperti membentak, "Belokin! Belokin!". Sementara karena aku kaget dengan teriakannya, entah gimana mesin mobil malah pet, mati. Posisi mobilnya melintang di tengah jalan.
Seriously, bahkan pas aku kursus pun belum pernah diajarin putar balik. Dan sekarang aku putar balik setelah 6 bulan ga pegang setir, kemudian dibentak pula. Damn. Akhirnya aku nyalakan mesin lagi, dengan tangan dan kaki gemetar. Dan sukses mesin mobil pun mati lagi sampai 3 kali karena aku masih kaget dibentak dan ga bisa konsen naikin kopling.
Kemudian Pak Topo berceramah dengan nada nggak enak dan seperti meremehkan aku. Intinya sih aku lamban, payah, dll. Akhirnya aku pun meminta untuk belajar jalan lurus-lurus dulu dan melancarkan belok kanan-kiri. Beberapa kali aku melakukan kesalahan dan kena omel terus. Tiap aku salah, Pak Topo selalu teriak kenceng dan tangannya bantingin setirku dengan panik. Aku pun yang tadinya tenang malah kaget dan saking kagetnya aku jadi ga paham sebenernya kesalahanku apa.
Setelah sejam jalan lurus dan belok-belok, Pak Topo meminta aku untuk menentukan rute. Lha, kok aneh. Harusnya dia sebagai instruktur bisa kira-kira dong, anak didiknya ini kemampuannya seberapa, cocoknya di medan seperti apa. Akhirnya aku jawab kalau aku mau nurut pilihannya aja karena aku juga ga begitu paham kondisi jalan di sekitar Kotabaru. Eeeh, beliau malah ngatain aku ga punya prinsip. "Anda itu monoton, dari tadi lurus belok saja. Terus ga punya prinsip. Anda itu harusnya bisa menentukan mau jalan ke mana..." Dyar. Padahal aku lurus belok kan mau ngelancarin supaya nanti kalau putar balik, berhasil. Kok malah dikatain gitu.
Akhirnya, supaya ga dikatain ga punya prinsip, aku menentukan ruteku sendiri. 15 menit, lancar. Sampai akhirnya aku salah belok ke jalan yang menurun dan tembus ke jalan yang rame banget. Pak Topo pun marah-marah menuduhku 'keminter' karena memilih rute yang sulit. Nah kan, padahal aku udah bilang kalau aku ga paham kondisi jalan sekitar sini. Serba salah. Ngomel lagi lah Pak Topo.
Kemudian dua jam hari itu dipenuhi kalimat...
"Anda payah"
"Anda lamban"
"Anda monoton" (padahal maksudku ngelancarin belok² dulu baru belajar yang lain)
"Kalau nggak ada saya, Anda udah ketabrak dari tadi"
"Masa ngendalikan setir aja Anda nggak bisa?"
"BELOK! BELOK! AWAS MINGGIR! ANDA MIKIR BISA NGGA?"
"Anda lamban"
"Anda monoton" (padahal maksudku ngelancarin belok² dulu baru belajar yang lain)
"Kalau nggak ada saya, Anda udah ketabrak dari tadi"
"Masa ngendalikan setir aja Anda nggak bisa?"
"BELOK! BELOK! AWAS MINGGIR! ANDA MIKIR BISA NGGA?"
Aku kehilangan sisa kedamaian hari itu.
Puncaknya, ketika belajar putar balik lagi, karena Pak Topo kebanyakan ngomel aku kehilangan konsentrasi dan nyaris menabrak trotoar. Pak Topo gimana reaksinya? Marah besar. Kemudian akupun komplain kalau dia kebanyakan ngomong, membuatku panik, dan giduh. Aku pun rasanya hampir nangis. Rasanya aku seperti disepelekan bahwa aku ga akan bisa nyetir mobil. Akhirnya kami pulang. Pak Topo pun sepanjang jalan bukannya minta maaf malah menjelaskan kalau dia itu supir, bukan instruktur. Lho, kalau gitu, kenapa nerima job sebagai instruktur?
Entahlah, mungkin dia kagol setelah sebelumnya mengajari adekku yang cepat bisa.
Sampai di rumah, aku menjaga situasi dengan ga cerita apa-apa ke Ibu. Lalu Pak Topo? Beuh. Dia ngadu kalau aku ngambek sama dia, dia ngadu kalau aku komplain ke dia tanpa cerita kejadian komplit di hari itu. Ibuku pun minta maaf dan meminta Pak Topo untuk sabar.
Rasanya pengen nangis. Banget. Selain menurunkan mental dan motivasiku buat belajar nyetir, dia juga manipulatif ternyata. Kok bisa dia ngadu ke Ibu tanpa cerita kejadian lengkapnya? Kok bisa dia ngadu domba Ibu dan anaknya? Kok bisa. Harusnya dia sadar bahwa tindakan seperti itu menimbulkan suasana yang nggak sehat. Yang bikin sakit hati lagi, Ibu (yang nggak tau kejadiannya kaya apa) malah minta Pak Topo untuk sabar. Lho, salah siapa sih ini.
Kemudian aku mengingat saat-saat aku belajar nyetir untuk pertama kalinya. Di tempat kursus, progress ku ga seberapa, ada instruktur yang konyol-konyol juga, tapi nggak ada satupun instruktur yang berkata-kata kasar bahkan menurunkan mentalku untuk belajar nyetir. Nggak ada. Walau perkembanganku lamban, mereka semua tetap bersikap supportif. Sempat terpikir untuk balik kursus aja, tapi apa daya Ibu udah terlanjur booking Pak Topo dan merasa sungkan untuk membatalkan.
Jadi ya, beberapa hari setelah itu terpaksa aku harus berhadapan lagi dengan Pak Topo.
Malamnya, aku men-share kejadian yang aku alami via Path dan FB. Ternyata banyak juga temanku yang mengalami kejadian sama, banyak juga temanku yang support aku dan meyakinkan diriku bahwa aku ada di posisi yang benar. Setelah menguatkan batin, akhirnya aku justru termotivasi untuk cepat belajar dan harus segera bisa menyetir supaya nggak lagi berhadapan dengan Pak Topo.
Akhirnya, dari tanggal 31 Desember 2015 sampai 2 Januari 2016 aku menjalani latihan kembali dengan Pak Topo. Strateginya, aku pakai earphone dan menyetel lagu-lagu yang slow supaya tetap tenang dan omelan Pak Topo nggak lagi terdengar jelas. Kata-kata kasar merendahkan yang keluar dari mulut Pak Topo aku abaikan, dan aku berusaha keras untuk tetap fokus ke jalan.
Hasilnya, di pertemuan kedua mesin mobil nggak lagi mati, pertemuan ketiga gas mulai stabil, pertemuan keempat belokan mulai lancar. Perkembangan-perkembangan kecil yang terasa besar buatku. Walau Pak Topo nggak pernah menceritakan itu ke Ibu, (yang dia ceritakan cuma kelemahanku saja) aku tetap menganggap perkembangan itu sebagai semangat supaya aku bisa menyetir mobil sendiri. Nggak perlu lah orang lain tau perkembanganku, yang penting aku harus tetap semangat.
Oh iya by the way, pada akhirnya aku tahu lho, korban Pak Topo ini bukan aku saja :) ternyata ada juga yang les nyetir sama dia terus trauma. Perkara dia jujur masalah ngajarin orang 4 hari langsung lancar, gatau juga deh ya...
Oh iya by the way, pada akhirnya aku tahu lho, korban Pak Topo ini bukan aku saja :) ternyata ada juga yang les nyetir sama dia terus trauma. Perkara dia jujur masalah ngajarin orang 4 hari langsung lancar, gatau juga deh ya...
Setelah Pak Topo kembali masuk kerja, otomatis aku nggak lagi latihan. Karena takut bakal kagok lagi ga bisa megang setir, aku memutuskan untuk tetap latihan. Tapi, ya itu. Nggak mungkin kan aku latihan ke jalanan sendiri? Terus gimana dong?
Tunggu cerita selanjutnya ya :)
See you!
@deapurie
Tunggu cerita selanjutnya ya :)
See you!
@deapurie
No comments:
Post a Comment